Tema : Biarkan Wanita
Bicara
Nara Sumber :
1. Tata shofia Mahsana Al Hoda (Aktivis Perempuan Kota Malang)
2. Novi Nisa Khasana (Aktivis Perempuan Kota Kediri)
Banyak hal
yang sangat abu-abu dalam setiap hal yang kita lihat ketika berhadapan dengan
wanita, pola kehidupan dan prinsip salah satunya. Pada hari kemarin, tepatnya
minggu, 23 desember 2018 kedai sederhana kami eReL’Rumah seduh & Rumah
karya’ menyuguhkan diskusi epik yang dikemas apik untuk membongkar semuanya
yang terdapat dalam kepribadian wanita. Meskipun tidak semuanya kita bisa
mengetahuinya.
Tidak
main-main, narasumber yang dihadirkan langsung dari dua kota besar yakni kediri
dan malang. Kita ambil sampel paling sederhana yakni dengan mengundang
wanita yang bercadar (read;mbak novi) dan wanita tomboi yang memakai hijab
(read;mbak tata). Sengaja kami mengambil dua contoh wanita terkini dengan
segala macam pertanyaan yang ada dan yang sedang dibincang akhir-akhir ini.
Secara
kebetulan, meskipun dua wanita ini sama-sama kelahiran kediri, namun mereka
hanya sama dalam satu hal yakni kelahiran. Beda pendapat dengan apa yang mereka
yakini dan pola serta ideologi yang mereka pelajari sampai sekarang. Berlatar
belakang kelahiran yang sama, namun jalan hidup dalam berkehidupan mereka berdua
relatif sangat berbeda jauh. Dimana mbak Novi yang berasal dari Papar Kediri
ini berawal dari anggota paskibraka yang memutuskan untuk berhijab tertutup
(berniqab) dan mbak Tata yang berasal dari Kunjang Kediri ini berawal dari
organisatoris dari masa sekolah dan mengabdikan diri di Kota dingin
Malang menjadi aktivis dan demonstran dibidang akademik kampus membuat kami
tergugah akan rahasia dibalik wanita-wanita hebat yang sampai sekarang masih
ada.
Dimulai pukul
15.45 wib, diskusi ini hanya berawal empat (4) orang saja, namun atas kehendak
tuhan akhirya semua masa kurang lebih dua belas (12) orang wanita berkumpul
dengan khidmat menyaksikan mereka berdua berargumen. Memang, kedai kami jauh
dari sempurna, yang dimana hanya sebesar -/+ tiga meter persegi ini menjadi
saksi segelintir wanita hebat berjuang demi harga dirinya. Berkumpul dan sharing
ilmu, alhamdulillah banyak solusi yang didapat customer kami yang hadir
pada sore hari tersebut.
Disaksikan
oleh senja diskusi yang diakhiri pukul 19.00 wib ini sangat-sangat excited
dan begitu asyik didengarkan. Sambil menyeduh teh hangat dan kopi gratis serta
jajanan gorengan yang menjadi khas orang jawa, kedai kami membuat hangat
perbincangan mereka berdua dengan pembahasan awal dari pertanyaan pertama customer
kami yang bertajuk ‘aurot’. Mulai dari mbak Novi yang menjelaskan bahwa aurot
wanita itu relatif dan memang seharusnya kita sebagai muslimah harus menutup
aurot yang sudah dijelaskan didalam Al-qur’an dan hadits. Yakni yang boleh
terlihat hanya telapak tangan dan bagian muka.
Namun beda
halnya yang disampaikan mbak Tata sendiri, bahwa dia menyatakan ‘apa yang
dimaksud aurot menurut saya adalah; apabila ada laki-laki yang tiba-tiba
syahwat jika melihat saya, terlepas saya hanya memakai pakaian terbuka atau tertutup
sekalipun’. Jadi menurut kami apa yang disampaikan mbak tata lebih kepada aurot
itu jika menimbulkan syahwat namun jika tidak maka tidak menjadi aurot, beda
halnya dengan mbak Novi yang benar-benar peduli dengan keberadaan aturan
didalam hukum agama.
Satu
pembahasan yang kami anggap sangat mbois ini, menjadi acuan bahwa hidup
dalam perbedaan itu indah tanpa harus memandang sekat yang ada didalam
kehidupan beradat dan beragama. Tidak selesai sampai disitu, mereka berdua
tetap sangat ramah dalam menjawab apa yang ditanyakan customer kami yang
lain lagi yakni mengenai hijab dan fenomenanya dimasa kini.
Salah satu audience
diskusi dari Universitas Indonesia yakni mbak Suci menanyakan dan
menyatakan perihal hijab untuk membuat pembahasan semakin mantap. Didalam hal
ini, mbak Novi menyatakan bahwa hijab didalam masa sekarang adalah sebuah hal
yang hampir orang yang mengalami kejadian kehidupan seperti saya (read;mbak
Novi) itu sebuah berkah yang datang sebab Allah memperlihatkan anugrahnya lewat
penutup kepala yang menjadikannya lebih terlihat tenang dan berhati-hati dalam
berperilaku. Atau dalam bahasa lain orang menyebutnya adalah hijrah dalam
berpakaian yang dimana harus benar-benar diperbaiki mulai dari perilaku sampai
berkehidupannya.
Beda halnya dengan
mbak Tata yang menyebutkan bahwa hijab adalah sebuah trandsetter yang
dikemas hijrah agar semua orang menganggap orang yang memakai hijab dan niqab
seperti mbak Novi sendiri dianggap lebih baik. Padahal belum tentu, sebab social
experimen yang dilakukan mbak Tata sendiri tidak sebaik demikian. Sebab
mbak Tata sendiri juga mengatakan bahwa “saya pernah memakain hijab tertutup
seperti mbak Novi namun orang-orang sekitar saya malah menganggap saya
teroris”. Dan perbincangan ini ditengahi oleh mbak Suci sendiri yang mengatakan
bahwa hijrah dan hijab itu sebuah proses jadi tidak selalu dan tidak mesti
orang-orang dan pemikirannya meyakini apa yang kita yakini benar, oleh sebab
itu kita harus terus dan terus untuk berbenah diri terlepas kita berhijab atau
tidak. Sebab, tuhan sendiri paham mana yang baik dan yang buruk, mana yang kita
yakini untuk kita benarkan dan kita jauhi. Oleh sebab itu, salah satu motiv
hijrah adalah dengan berpakaian walaupun sebenarnya sebelum pakaian adalah hati
kita yang harus berhijrah agar benar-benar niat hijrah kita dipandang tuhan
menjadi sempurna.
Disegmen selanjutnya
mbak Novi dan mbak Tata memberikan motivasi menjadi wanita dngan poin yang
sudah kami simpulkan bahwa :
1. Wanita/sebagai wanita harusnya kita yakin dengan apa yang kita
yakini termasuk berhijab dan berhijrah dengan prosesnya masing-masing;
2. Pola wanita sebagai makhluk tuhan juga harus dipertimbangkan
sebab kita sebagai wanita tidak harus seutuhnya tunduk pada laki-laki, terlepas
itu adalah suami kita. Kita punya hak untuk membenarkan jika suami kita salah;
3. Menyikapi orang sekitar yang membenci kita dengan cara tetap
berbaik hati kepada mereka yang sengaja suudzon terhadap kita;
4. Ridho orang tua, atau takdir yang menyangkut orang tua kita atas
kehendak membolehkan kita berhijrah atau tetap pada aturannya atau patuh pada
orang tua kita, semua bisa diraih dengan memperbaiki diri. Jadi jangan patah
semangat apabila kita sudah berniqab namun dilarang orang tua. Masih ada jalan
untuk merayu orang tua dan takdirNya. Begitu juga kita sebagai wanita yang notabene
dianggap tomboi dan nakal juga bisa untuk melakukan hal yang sama, believe
it God with us !;
5. Dont judge anyone with anything, sebab hanya tuhan yang punya
hak preogativ tentang kebenaran yang kita yakini.
Dari poin
tersebut menyebutkan bahwa wanita punya segudang perbedaan yang sebenarnya
hanya prespektif setiap orang terutama lelaki. Sebab, tanpa mengenal lebih jauh
kita tidak akan tahu apa isi hati dari wanita tersebut. Diskusi ringan ini
diakhiri oleh owner yang memberikan clue pertanyaan singkat seputar hijab dan hijrah dengan tajuk “HIJRAH, TRAND ATAU
PERUBAHAN?”
![]() ![]() |
Dari dua belas
(12) audience diksusi ringan yang ada dikedai kopi ‘eReL’ rumah seduh
& rumah Karya ini menyebutkan bahwa 50% wanita mnyebutkan hijrah adalah perubahan
dan 50% lainnya menyebutkan bahwa hijrah hanya trand. Lalu, apa yang kita
permasalahkan jika wanita yang menjalankannya sendiri pun masih punya hak pilih
atas apa yang dijalankannya. Oleh sebab itu, kita terutama laki-laki harusnya
mengenal lebih dekat dan tidak usah menghujat jika hanya hipotesa-hipotesa
jahat yang keluar dari otak sumbu pendek kalian?
Itulah
cuplikan kronologi diskusi yang ada dikedai kami yang dihadiri anggota aktif
cakap berbicara kurang lebih tujuh (7) orang yakni mbak Suci dari UI, mbak
dinda dari Uniska, mbak Novi dari Uniska, mbak Tata dari UIN Malang, mbak Alfin
dari pare, mbak raya dari Kediri, dan mbak Zakiyah dari Uniska ini dan ada
banyak customer lain ikut menyaksikan juga. Semoga keberkahan menyertai
kehadiran kita semua.
Any question,
or other? Datang kemari dan jadilah saksi, ruang kecil ini akan menjadi bukti
bahwa semua bisa dipecahkan dengan segelas kopi. Jangan berseteru dengan yang
semu, sebab kopimu mungkin belum diseduh.
Komentar