Langsung ke konten utama

#KOPISKUSI Bagian II (Gusdur tidak selalu benar)


Tema : Gusdur tidak selalu benar
Nara Sumber :
1.       M. Bakhru Thohir, M.Si (Anggota GUSDURIAN PUSAT Yogyakarta)
 
 
  
Ada hal yang sangat klise jika dijelaskan ketika semua khalayak umum sudah paham apa yang akan terjadi dan apa yang sudah terjadi. Begitupun hal yang sudah menjadi isyarat di masa kemudian dan isyarat yang terjadi di masa lampau. Salah satunya yakni petuah ataupun kata-kata yang tidak sengaja terlontar dari Tokoh atau sosok yang tersohor pada kala itu sampai kala nanti.
Namun, lebih salah lagi, jika kita hanya berdiam dan hanya mampu untuk mengatakan ‘iya’ serta tidak tahu menahu apalagi apatis terkait fatwa yang sudah terlontar. Terlebih lagi banyak khalayak yang menangkap mentah dan sampai mendewakan siapapun yang dianggapnya benar walaupun sudah menentang segala perbedaan dan kebenaran yang terjadi ketika si pemilik fatwa tersebut sudah tidak ada dibumi ini. Itu adalah bagian dari salah satu keresahan kenapa perbincangan bulanan ini terjadi.
Yang mengangkat tema kontroversi serta dianggap provokasi untuk menyalahkan siapa sosok beliau yang kita dewa-dewakan ketika beliau sudah meninggal dunia. Sengaja, dimoment Hari Raya Imlek kemarin topik yang kita angkat adalah Gusdur dengan judul “GUSDUR TIDAK SELALU BENAR”. Mengingat beliau adalah sosok yang mengesahkan perayaan Imlek pada masa itu dan bisa dinikmati sampai sekarang.
Tidak main-main, tokoh yang kita datangkan langsung dari Kesekretariatan Pusat GUSDURIAN Yogyakarta, yang sedang menempuh tesis di salah satu kampus elit Yogyakarta. Seorang kelahiran Lamongan dan membesarkan diri di Yogyakarta ini yang mengulas tentang semua kesalahan Gusdur dengan asumsi bahwa ‘Gusdur tetap manusia yang terus saja mempunyai kesalahan’.
M. Bakhru Thohir;26, kurang lebih 180 menit perbincangan ini sangat epik dinikmati pengunjung eReL ‘Rumah Seduh & Rumah Karya’ yang dimulai pukul 19.30 kurang lebih. Sampai acara selesai, pengunjung tetap khidmat mendengarkan apa yang sudah disampaikan oleh narasumber. Tidak hanya khidmat, perbincangan ini sangat interaktif sebab narasumber juga sangat asik dalam mengolah pembahasan sehingga pengunjung sangat antusias untuk mendebat apa yang disampaikan oleh narasumber.

 Dalam perbincangan rutinan bulanan yang diagendakan oleh kedai kopi eReL ‘Rumah Seduh & Rumah Karya’ ini segmen pertama Mas Bakhru menjelaskan semua tentang kesalahan-kesalahan Gusdur pada masa kehidupannya yang sangat-sangat tidak kita ketahui pada saat kehidupan beliau. Kurang lebih ada empat poin kesalahan Gusdur yang dijelaskan oleh narasumber, diantaranya yakni :
1.       Gusdur tidak tamat sekolah;
2.       Gusdur tidak seberapa mementingkan keluarga, atau menomer empatkan keluarga, dengan dalih membela bangsa;
3.       Dengan bermodalkan keturunan kyai, Gusdur bertindak semena-mena;
4.       Tidak sukses menjadi presiden.
Dalam penjelasan empat poin tersebut, mulai dari poin pertama yang menyatakan bahwa Gusdur tidak tamat sekolah, narasumber menjelaskan bahwa Gusdur benar-benar menempuh pendidikan hanya sampai tingkatan menengah pertama, setelah itu beliau berkelana dan mendapatkan ilmu dari luar. Selain itu juga Mas Bakhru menjelaskan apabila model seperti ini ditiru oleh Follower beliau di masa kini, maka akan ‘selesai’ pendidikan di Indonesia mengingat maraknya kehidupan yang tidak berpendidikan di zaman digital sekarang ini.
                Logikanya adalah, Gusdur benar-benar tidak mencontohkan yang benar, tandas salah seorang pengunjung dalam forum malam itu. Kemudian dipoin lain yang menjelaskan bahwa Gusdur tidak mementingkan keluarga atau lebih tepatnya menomor empatkan keluarga. Dengan dasar dibuku yang membahas sejarah Gusdur telah dijelaskan yang kemudian dikemukakan oleh narasumber sebagai poin lanjutan dari sebagian kesalahan Gusdur.
Penjelasan poin Gusdur tidak mementingkan keluarga didapat Mas Bakhru dari salah satu buku yang menceritakan sejarah Gusdur. Mas Bakhru menjelaskan dibuku tersebut bahwa Gusdur sudah menjalin kesepakatan dengan keluarga bahwa sampai mati akan menomor satukan Indonesia dan rakyat daripada keluarga, lalu disepakati oleh keluarga.
                Disini sudah nampak jelas sekali sisi kemanusiaan Gusdur yang memang bukan wali atau nabi yang di idam-idamkan oleh orang banyak tentang keapikan beliau, beliau disini menggambarkan bahwa beliau tetaplah manusia yang mempunyai salah. Dan dipoin selanjutnya terkait Gusdur menggunakan title keturunan kyai besar Nahdlatul Ulama yakni Kyai Hasyim Asyari sebagai alat untuk memudahkan beliau, dan juga jelas dipoin terakhir Gusdur tidak sukses menjalankan kursi politik. Narasumber menambahkn Quote ‘Jika Gusdur sukses menjadi presiden maka tidak akan ada kata-kata; yang lebih mulia dari politik adalah kemanusiaan’. Dilanjut tawa renyah dari seluruh pengunjung yang sekian menit semakin bertambah.

 Pada segmen kedua, narasumber melemparkan argumen agar ditanggapi oleh pengunjung, ini yang menyebabkan perbincangan semakin bertambah mesra. Kemudian salah satu pengunjung dari FKUB (Forum Kerukunan Umat beragama) Kabupaten Kediri menanyakan keresahan tentang bangsa Indonesia sekarang dan keterlibatan Gusdur di Indonesia.
Pengunjung dari FKUB ini menjelaskan keresahannya yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan bangsa Indonesia saat ini tidakalah seperti apa yang dicontohkan Gusdur pada kala itu dan keterlibatan Gusdur di Indonesiapun sepertinya hanya sekelumit orang yang paham dan mampu mengaplikasikannya. Lalu, Mas Bakhru menjelaskan bahwa yang dilakukan Gusdur yang harusnya kita tiru adalah beliau itu ‘Berani’. Berani disini berlaku untuk semua hal, termasuk berani untuk berpendapat, berani untuk berbeda dan berani untuk mengambil keputusan, yang dimana masyarakat sekarang tidak mudah meniru sebab akan terjadi resiko apabila kita melakukan semua hal yang dilakukan Gusdur.
Namun dampaknya sangat bagus sekali untuk Indonesia jika semua meniru apa yang dilakukan oleh Gusdur pada waktu itu, terlepas dari resiko yang akan didapat oleh pengikut-pengikut Gusdur sekarang, karena keberanian Gusdur menjadikan banyak perubahan yang didapat oleh pengikutnya terlebih untuk bangsa Indonesia.
Dan kemudian narasumber menjelaskan tentang keluarga Gusdur dan pola mendidik anaknya serta keluarga Gusdur yang tidak datang dari keluarga biologis Gusdur, mulai dari banyak kaum-kaum non muslim dan juga pemikir-pemikir luar negeri sampai putri Gusdur Annisa Wakhid yang sangat-sangat tahu tentang apa yang dilakukan oleh Bapaknya, didalam dan diluar negeri. Selain itu penjelasan tentang Gusdur juga tidak melulu tentang eksistensi beliau di dalam negeri yang hanya Ngaji, ngaji dan ngaji.
Lebih dari itu, Mas Bakhru menjelaskan bahwa Gusdur adalah sosok visioner yang membuat ormas Nahdlatul Ulama tidak melulu melaukan hal yang lurus. Saat orang-orang lain sibuk mengaji kitab, Gusdur sudah melalang buana untuk diskusi yang sifatnya global problem. Disini kita bisa mencontoh bahwa apa yang dilakukan Gusdur haruslah lebih dari hanya hal klasik yang sifatnya kedaerahan. Karena Gusdur sudah mengajarkan tentang diskusi dan berkumpul masyarakat yang notabene tidak hanya dari satu komunitas. Disini, Gusdur mengajarkan apa itu Pluralisme.
Kemudian, forum pun mulai memanas lagi dengan bertambahnya pengunjung dan pengunjung yang barusan datang, pun menanyakan tentang buku-buku Gusdur yang sangat tidak jelas. Hal ini di iya kan oleh narasumber, dan menyatakan bahwa buku-buku Gusdur memang tidak ada yang jelas, memang semua tidak masuk akal dan ada banyak ratusan buku Gusdur yang sangat-sangat tidak logis dengan keadaan saat ini. Sebab, kesaktian Gusdur ada dibuku-bukunya, beliau dapat menerawang masa-masa yang belum terjadi dan sudah tertuang dibuku beliau. Lalu, Mas bakhru menambahkan lelucon ‘sampean nek gak kuat moco gak usah sok tuku bukune Gusdur daripada gendeng’. Dan tawa penonton semakin syahdu mengingat sudah kurang lebih 90 menit berjalan diskusi ini.
Dari situlah eksistensi Gusdur terjadi, dengan berbagai macam keadaan fenomenal dan menguras sorot mata rakyat akhirnya Gusdur berhasil memikat hati rakyat lewat keberanian dan perbedaannya. Di segmen ke empat ini, Mas Bakhru menjelaskan juga tentang cacatnya bu Sinta Nuriyah (Istri Gusdur) adalah sebab pengeboman yang terjadi di mobil pribadi Gusdur. Sebab, Gusdur sudah sering lolos dari percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh antek-antek Soeharto salah satunya adalah pengeboman mobil tersebut. Dan malah Bu Sinta yang mendapat imbasnya. Tandas mas Bakhru di akhir sesi.
Ada juga kemudian pertanyaan tentang perbedaan Gusdur dan Nur Kholis Madjid, pertanyaan ini datang dari anggota IPNU-IPPNU Kabupaten Kediri. Dan dengan lantang Mas Bakhru menjawab bahwa Gusdur dan Cak Madjid (Sapaan Akrab Nur Kholis Madjid) yang juga aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) ini tidak ada bedanya, sama-sama memperjuangkan Indonesia, dengan cara masing-masing. Mas Bakhru berargumentasi seperti ini dengan harapan bahwa pengunjung yang datang dan bertanya seperti itu paham bahwa, semua pejuang yang hampir dikecewakan Indonesia pada masa hidupnya, semuanya membawa peran masing-masing dan mereka berteman, terlepas idealisme yang mereka bawa masing-masing.
Dan, semakin malam, diskusi ini sudah hampir di 120 menit tanpa jeda dan sangat-sangat dinikmati, gratisan Kopi Hitam serta sajian gorengan menjadi satu faktor penikmat yang disuguhkan kedai kopi eReL ‘Rumah Seduh & Rumah Karya’ ini. Celetukan dari pengunjung yang datang dari FKUB juga menambahkan penjelasan bahwa apa yang dilakukan Gusdur dan Cak Madjid ini harus menjadi parameter kemajuan dan eksistensi FKUB serta ormas sosial yang non politik untuk terus semangat dalam menunjukkan karyanya berupa pluralisme keberagaman.
Belajar kecintaan, keingintahuan, dan juga keberanian dalam terjun langsung yang dilakukan Gusdur menjadi penutupan segmen pada KOPISKUSI bagian II ini. Narasumber menjelaskan bahwa jika kita ingin menjadi sosok yang seperti Gusdur seharusnya ada tiga poin kurang lebih yakni belajar mencintai, belajar untuk rasa ingin tahu tinggi dan belajar berani dalam menghadapi apapun. Sebab, Gusdur bukan hanya tentang kata “GITU AJA KOK REPOT”.
Itulah cuplikan kronologi diskusi yang ada dikedai kami yang dihadiri anggota aktif cakap berbicara kurang lebih tujuh (15) orang yakni dari FKUB Kediri, anggota PMII Kota Malang, serta IPNU-IPPNU Kediri dan ada banyak customer lain ikut menyaksikan juga. Semoga keberkahan menyertai kehadiran kita semua.
Any question, or other? Datang kemari dan jadilah saksi, ruang kecil ini akan menjadi bukti bahwa semua bisa dipecahkan dengan segelas kopi. Jangan berseteru dengan yang semu, sebab kopimu mungkin belum diseduh. 
Langsung datang dan pesan, sapa tau nyaman! Di Jl. Dahlia no.30, Tulungejo (kampung inggris), Pare, Kediri. Kedai eReL ‘Rumah seduh & Rumah karya’.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#KOPISKUSI Bagian III (Bermusik itu, haram?)

Tema : Bermusik itu haram? Narasumber : 1.        Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Religius UIN Maliki Malang    Semakin masuk di era digital, semakin banyak pula pelajaran-pelajaran baru menyoal isu-isu dan kabar berita miring yang sengaja dijual oleh calo berita. Sebab, banyak manusia-manusia yang notabene termasuk kaum Bumi datar ini menelan mentah berita yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari. Kendati demikian, kedai eRel ‘Rumah Seduh & Rumah Karya’ tetap membuat kajian yang dikemas panas dalam pembahasan yang diduga hanya isu-isu untuk penebaran kebencian. Per tiga tahun yang lalu, per banyaknya orang-orang yang sering membaca berita hanya melalui sosial media dan gadgetnya saja, banyak juga berita miring yang sudah tertayangkan didalam kehidupan manusianya. Mulai dari isu-isu agama, sampai isu-isu sekecil isu kesenian. Oleh sebab itu kami mendatangkan pembicara dan pemandu...

#KOPISKUSI bagian I (biarkan wanita bicara)

Tema : Biarkan Wanita Bicara Nara Sumber : 1.        Tata shofia Mahsana Al Hoda (Aktivis Perempuan Kota Malang) 2.        Novi Nisa Khasana (Aktivis Perempuan Kota Kediri) Banyak hal yang sangat abu-abu dalam setiap hal yang kita lihat ketika berhadapan dengan wanita, pola kehidupan dan prinsip salah satunya. Pada hari kemarin, tepatnya minggu, 23 desember 2018 kedai sederhana kami eReL’Rumah seduh & Rumah karya’ menyuguhkan diskusi epik yang dikemas apik untuk membongkar semuanya yang terdapat dalam kepribadian wanita. Meskipun tidak semuanya kita bisa mengetahuinya. Tidak main-main, narasumber yang dihadirkan langsung dari dua kota besar yakni kediri dan malang. Kita ambil sampel paling sederhana yakni dengan mengundang wanita yang bercadar (read;mbak novi) dan wanita tomboi yang memakai hijab (read;mbak tata). Sengaja kami mengambil dua contoh wanita terkini dengan segala macam pertanyaan yang ...